thanks udah berkunjung.. moga2 info yang saya share bermanfaat :)

Anda pengunjung ke :

Flag Counter

followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Archive for Agustus 2013

Cara Memilih Bola Basket


Memilih bola basket , juga punya beberapa hal yang harus diperhatikan. Memilihnya pun tidak asal. saya akan memberi sedikit informasi bagi kamu-kamu yang berencana membeli bola basket berikut adalah tentang cara memilih bola basket.

yang pertama, dilihat dari Merk. Banyak yang tidak memilih bola menurut mereknya karena mahal. Namun bukankah merk yang terkenal menandakan bahwa benda tersebut memiliki kualitas yang bagus sehingga dikenal banyak orang. Namun kalau untuk pemula di sarankan jangan pilih bola yang mahal dulu. Toh belum begitu merasakan kemewahan dari bola bermerek. buatku yang penting bisa mantul dulu yah sob..! :D


Kedua Ukuran bola. Itu jika anda benar-benar ingin menggunakanya untuk bermain basket jadi pilih ukurannya yang standar, tidak terlalu kecil ataupun besar. Bola tersebut harus memiliki jarak pantul yang baik. Biasanya bola yang baik sedikit berat. Akan tetapi lebih mudah dipantulkan.

Ketiga Bahan. Sobat Pasti pernah melihat dan merasakan bola yang tertutupi karet berisi busa ataupun tertutupi oleh bahan seperti kain. Bisa memilih bahan mana yang disukai. Dan ingat..! Jangan mudah tergiur dengan warna dan bahan yang menarik atau yang kamu favoritkan tetapi cek dan amati dulu bolanya jangan sampai menyesal di rumah..

Keempat Tempat Membeli bola basket. Alangkah baiknya beli di toko olahraga langganan atau yang terpecaya di kota kamu, hal ini dilakukan agar kita tidak tertipu oleh penjual yang curang. Biasanya di toko olahraga harganya memang mahal tetapi itu lebih baik daripada harga murah tetapi palsu atau tidak awet.

Kelima Kondisi Bola. Beli bola yang kondisinya masih bagus. Cermati bagaimana panampilan bola tersebut. Tidak perlu terburu-buru kalau perlu amati bola lainnya.Dan lakukan perbandingan..

So Begitulah informasi dari saya. Belilah yang sesuai dengan yang Sobat butuhkan.! Terima kasih sudah membaca. Salam Basket.. :D

ABOUT DBL ARENA




Gedung basket ini bisa disebut sebagai Home of Development Basketball League. Bertempat di kawasan Jl A. Yani, Surabaya, DBL Arena berkapasitas 4.000 penonton *). Gedung ini dirancang untuk memuaskan tiga customer. Yaitu sponsor, peserta, dan penonton. Lantai dasar gedung digunakan untuk parkir, lantai pertama berupa atrium yang luas, sedangkan lapangan basket berada di lantai teratas.

MAP AND DIRECTION
bar
FACTS
DBL ARENA
Jl. A. Yani 88 Surabaya


Luas Bangunan: 
86 x 42,5 (3.655 m2)
Tinggi Bangunan: 
25,4 meter
Jumlah Lantai: 
3 (ditambah tribun)
Awal Pengerjaan: 
17 Desember 2007
Selesai Dikerjakan: 
25 Juli 2008
Kapasitas Penonton: 
± 4.000 penonton *)
Luas Atrium: 
48 x 42,5 (2.040 m2)

Fasilitas:
2 Ruang VVIP
1 Ruang Kamera
4 Ruang Ganti Pemain
2 Ruang Ganti Tim Yel-Yel
1 Ruang Wasit
1 Ruang Panitia
1 Ruang Loket
1 Ruang Museum DBL

FROM www.dblindonesia.com

Sejarah DBL



2004
Musim Perdana yang Tak Terlupakan

DBL dimulai di Surabaya pada 2004. Liga ini diniati sebagai liga SMA yang sederhana, tapi diselenggarakan dengan cara yang benar. Tidak boleh ada pemain profesional atau semipro, tidak boleh ada sponsor rokok, alkohol, dan minuman berenergi. Pemain harus student athlete. Performa mereka di ruang kelas sama pentingnya --atau bahkan lebih penting-- dari performa mereka di lapangan basket.
Total 96 tim bergabung di musim pertama ini, dari berbagai kota di Provinsi Jawa Timur. Sejak pertandingan perdana, banyak orang sadar bahwa sesuatu yang spesial sedang berlangsung. Pertandingan pertama DBL sangatlah ketat dan emosional. Tim putri SMAN 20 Surabaya mengalahkan SMA Santo Stanislaus 2 Surabaya. Tangis sedih dan bahagia terlihat di sekeliling lapangan, ditonton oleh sekitar 1.000 penonton.
Sejak saat itu, makin banyak peminat datang menonton. Pada babak final, lebih dari 5.000 orang datang menyaksikan (rekor penonton basket terbanyak di Jawa Timur saat itu). Dan mereka dihibur oleh pertandingan yang emosional dan dramatis. SMAN 2 Surabaya menjadi juara putra, setelah memaksa berlangsungnya perpanjangan waktu lewat tembakan putus asa dari luar garis tiga angka. (*)
logo2004DBL 2004
  • 96 Tim bertanding
  • 2.788 Peserta terdaftar
  • 166 Pertandingan digelar dalam 16 Hari
  • 20.000+ Penonton menyaksikan
bar
2005 - 2007 
Mengembangkan Standar BaruSUSKES musim pertama DBL membantu liga ini untuk tumbuh secara signifikan. Makin banyak tim yang bergabung, makin banyak penonton yang menyaksikan. Bahkan, saking banyaknya tim yang ingin tampil, DBL kehabisan kapasitas untuk menerima semuanya. Karena itu, para peserta baru harus tampil dulu di babak kualifikasi, saling mengeliminasi menuju babak utama.
Makin tahun, standar penyelenggaraan juga terus meningkat. Aturan-aturan baru diperke­nalkan untuk membuat presentasi pertandingan makin baik. Tim dan penonton terus dipaksa untuk mengikuti aturan-aturan yang makin ketat.
Pada 2007, pertandingan-pertandingan DBL diselenggarakan sebaik --atau mungkin lebih baik-- dari pertandingan-pertandingan profesional dan internasional. Lebih dari 55 ribu penonton menyaksikan DBL pada 2007, hampir empat kali lebih banyak dari 2004. Sebanyak 220 tim bertanding pada 2007, lebih dari dua kali jumlah peserta 2004.
Sukses 2007 ini memberi pertanda, bahwa sudah tiba waktunya bagi DBL untuk mengembangkan sayap. (*)
logo2005DBL 2004
  • 203 Tim bertanding
  • 3.696 Peserta terdaftar
  • 271 Pertandingan digelar dalam 27 Hari
  • 35.000+ Penonton menyaksikan
logo2006DBL 2004
  • 205 Tim bertanding
  • Hampir 4.000 Peserta terdaftar
  • 273 Pertandingan digelar dalam 28 Hari
  • 45.000+ Penonton menyaksikan
logo2007DBL 2004
  • 220 Tim bertanding
  • 4.359 Peserta terdaftar
  • 320 Pertandingan digelar dalam 35 Hari
  • 55.000+ Penonton menyaksikan
bar
2008
Ekspansi Nasional, Kolaborasi Internasional, dan Arena Baru
DBL telah mengukuhkan diri sebagai liga basket terbesar di Indonesia pada tahun 2008. Setelah meraih sukses selama empat musim di Surabaya, DBL berkembang ke sepuluh kota lain di sepuluh provinsi.
Untuk memenuhi tuntutan jumlah peserta, di Jawa Timur DBL dibagi menjadi dua wilayah. North di Surabaya, South di Malang. Sembilan kota baru lainnya tersebar di sembilan provinsi, di lima pulau di Indonesia.
Seperti di Surabaya, DBL mendapat sambutan hangat di provinsi-provinsi lain. DBL mampu memecahkan rekor peserta dan penonton di kebanyakan kota baru. Contohnya, di kota budaya Jogjakarta, lebih dari 16.500 orang menonton DBL hanya dalam enam hari. Angka yang sebelumnya belum pernah dicapai untuk sebuah even basket.
Seiring dengan perluasan wilayah, DBL juga mencatat sejarah lewat dua kolaborasi internasional. Yang pertama adalah kerja sama jangka panjang dengan liga basket paling bergengsi di dunia NBA. Setiap tahun, NBA akan mengirimkan pemain dan pelatihnya untuk membantu perkembangan para pemain dan pelatih top DBL.
Even resmi pertama NBA di Indonesia diselenggarakan di Surabaya, 23-24 Agustus 2008. Bintangnya adalah Danny Granger, top scorer Indiana Pacers.
Kolaborasi internasional kedua adalah dengan pemerintah Australia. Pada Oktober 2008, DBL mengirimkan tim All-Star pertamanya (putra dan putri) ke Perth, untuk belajar dan bertanding melawan tim-tim muda pilihan Western Australia.
Sebagai penyempurna, pada 2008 DBL juga membuka gedung basket barunya, DBL Arena. Gedung itu dibangun hanya dalam tujuh bulan. Salah satu gedung terbaik di Indonesia itu punya kapasitas 5.000 penonton. (*)
logo2004DBL 2004
  • 631 Tim bertanding
  • 13.221 Peserta terdaftar
  • 765 Pertandingan digelar dalam 96 hari
  • 212.300+ Penonton menyaksikan
bar
2009
Teruskan Ekspansi, Menang di Australia
EKSPANSI DBL semakin diperluas pada 2009, menyebar ke 16 kota di 15 provinsi di Indonesia. Jayapura, Bandar Lampung, Samarinda, Denpasar, dan Bandung adalah lima kota tambahan yang dikunjungi DBL. Pada 2009, kompetisi SMP di Surabaya dan sekitarnya untuk kali pertama juga dipisah dari kompetisi SMA, diberi nama DBL Junior.
Sepanjang 2009, lebih dari 400 ribu orang menyaksikan seluruh pertandingan DBL. Selain jumlah penonton yang fantastis, DBL 2009 juga diiringi dengan prestasi cemerlang. Tim putra DBL Indonesia All-Star 2009 berhasil mencetak kemenangan hebat, menundukkan tim Western Australia dengan skor tipis 68-66 di Perry Lakes Stadium, Perth. Ini merupakan kemenangan pertama dalam sejarah basket Indonesia di Australia.
Kerja sama internasional dengan NBA juga terus dijalin. Pemain-pemain terbaik DBL 2009 berkumpul di Surabaya untuk mengikuti Indonesia Development Camp yang diadakan oleh DBL dan NBA. Bintang Sacramento Kings Kevin Martin datang untuk melatih mereka.
Asisten pelatih NBA Neal Meyer (LA Clippers) dan Joe Prunty (Portland Trail Blazers) juga hadir melatih. Even tersebut dilangsungkan selama tiga hari, 16-18 Agustus, di DBL Arena, Surabaya.
logo2004DBL 2004
  • 861 tim bertanding
  • 18.739 peserta terdaftar
  • 985 pertandingan digelar dalam 162 hari
  • 402.000+ penonton yang menyaksikan
bar
2010
DetEksi Jadi Development

PADA penghujung 2009, DBL membuat keputusan besar yang dianggap penting untuk masa depan. Saat launching DBL 2010, diumumkan bahwa nama DBL yang sebelumnya kependekan dari “DetEksi Basketball League,” berubah menjadi “Development Basketball League.”
Evolusi nama itu merupakan langkah penting untuk mengembangkan kompetisi ini di masa mendatang. Nama baru itu dirasa menggambarkan segala misi yang ingin dicapai DBL. Yaitu mengembangkan konsep student athlete, yang bukan hanya menekankan perkembangan basket, melainkan juga perkembangan pribadi dan profesionalitas para pemain muda yang terlibat di dalamnya.
Selain itu, nama baru juga akan mempermudah langkah DBL untuk menjalin kerja sama internasional dengan lebih banyak lagi negara.

  • 1.087 tim bertanding
  • 24.404 peserta terdaftar
  • 1.274 pertandingan digelar dalam 210 hari
  • 555.000+ penonton yang menyaksikan

NIKE jordan

JORDAN Super.Fly 2

“No matter what position you play, you can be confident that this shoe will maximize your potential, helping you get to where you need to be on the court.” – Jordan Brand’s Justin Taylor, designer of the Super.Fly 2.
Let’s not waste any time, or syllables, for that matter. Two words on the tech sheet garnered my interest before I laced up the Jordan Super.Fly 2 for the first time: Flight Plate. Why? Let’s take it back to the beginning of the year. The Air Jordan XX8, which introduced us to the exceptionally supportive Flight Plate, is one of the better performance basketball shoes of the year so far (sadly, some of you can’t get over its super high cut, which is understandable to some degree, but you’re still doing yourself a disservice).
In addition to the Flight Plate, I also read that a number of the characteristics that were incorporated in the XX8 were also assimilated on the Super.Fly 2, a more conventional looking basketball shoe silhouette. So, could the Blake Griffin-inspired Super.Fly 2 be the XX8 wrapped up in a more orthodox model?
Check out a full, in-depth performance review of the Jordan Super.Fly 2 below.
Jordan Super.Fly 2
Jordan Super.Fly 2
Traction: Jordan Brand went with a modified herringbone pattern, which I found to work quite well. Herringbone is something that can be included on every basketball shoe, and I wouldn’t complain at all because it works so efficiently. On the Super.Fly 2, the pattern is multidirectional just like on the XX8, so it allows you to stop and start quickly and change your trajectory without losing seconds. As a guard roaming the perimeter, you need some very resistant traction both offensively (when penetrating and cutting) and defensively (when attempting to turn the offensive player) without sliding, and the Super.Fly 2′s pattern, especially around the protruding Zoom unit, is very good. One aspect I noticed, compared to the Air Jordan XX8, is that the rubber on the herringbone pattern seems softer on the Super.Fly 2 and isn’t as adhesive. A few of the grooves on the bottom began to peel a little the more I played in it, particularly around the toe area, but there was not a glaring difference in regards to how the Super.Fly 2′s bottom felt on court. However, because of that, I don’t recommend regularly playing in this shoe on an outside court.
Jordan Super.Fly 2
Jordan Super.Fly 2
Breathability: The Hyperfuse construction is an enigma, at least in regard to breathability, and seems to vary from model to model. Silhouettes, such as the original Hyperfuse and the Jordan Fly Wade 2, were remarkably breathable in large part due to their lean builds and incorporation of perforations on the uppers. Contrarily, a heavy duty shoe like the LeBron 9, although laced with Hyperfuse, was not as breathable by any means.
The Super.Fly 2 is not very breathable. It doesn’t feature any perforations on the base and its lockdown trait is very dominant. Now, do understand – breathability is not a make or break aspect of a basketball shoe, and the degree of its importance changes from player to player. Sure, it’s not a breathable shoe, but I didn’t have profuse sweating on my foot or anything like that. The mesh tongue is actually one part of the Super.Fly 2 that provides a small amount of breathability.
Jordan Super.Fly 2
Jordan Super.Fly 2
supers-8
Cushioning and Responsiveness: This is where the Air Jordan XX8 and the Jordan Super.Fly 2 are simultaneously alike and different. If you recall, it took a while to get used to the protruding Zoom Air bag in the forefoot on the XX8, but that wasn’t the case with the Super.Fly 2. It, too, features unlocked Zoom in the forefoot, but my initial wear was much more comfortable and easier to adapt to. Give credit to the improvement on the enlarged Zoom Air unit this time around. Instead of having vertical split down the center of the Zoom bag (seen on the XX8), the Super.Fly 2 owns a horizontal split, which provides much more flexibility in the foot strike area. It sort of acts as a crease in a high-wear area on the forefoot that naturally flexes when the foot hit the court. It’s one of the best Zoom Air setups on any shoe I’ve tested.
The Phylon midsole also deserves some mention in this department. It’s very responsive and features more compression than the XX8′s midsole. It also owns a low-profile feel, which helps with quickness and response time.
Jordan Super.Fly 2
Jordan Super.Fly 2
Jordan Super.Fly 2
Lockdown: The Dynamic Fit setup works very well in supporting and securing your foot in the shoe. The individual textile straps on the inner sides seem to be connected to the bottom of the footbed, therefore, when lacing the shoe up tightly, it gives you a beautiful, fastened fit around your foot. The loops, to some extent, work together by burying and crowding the foot to keep it in place on top of the footbed.
With the overall build in mind, the Super.Fly 2′s fit is ideal for a big man because it features a wider base around the forefoot area. Guards can benefit from this wear as well, although some may find it a bulky.
Jordan Super.Fly 2
Jordan Super.Fly 2
Support: The solid Fuse technology is definitely supportive, but the main factor in this department is the Flight Plate. While featuring a similar ride to the Air Jordan XX8, I actually found a more supportive transition from heel to toe in the Super.Fly 2. The XX8′s Flight Plate was divided into independent pieces in the forefoot and heel, but the Super.Fly’s Flight Plate is simply one piece from the heel to the forefoot that kind of acts as a seamless shank plate. Basically, the Super.Fly 2′s ride is more in unison and smoother than the XX8′s. The padded Achillies notch also deserves some mention seeing that it reduces slippage in the heel.
Jordan Super.Fly 2
Jordan Super.Fly 2
Jordan Super.Fly 2
Durability: Earlier, I made mention of Fuse constructions being an enigma in regards to breathability, but we do know that this technology is immensely durable. The Super.Fly 2 is predominately formed of the lightweight Fuse (overlays and underlays) and also features a sturdy, canvas-like material throughout the upper. Throughout my time playing in this shoe, the Super.Fly 2 retained it shape and showed no wear and tear. The only problem I had, in regards to durability, was the traction pattern factor I mentioned earlier, which is minor.
Jordan Super.Fly 2

- Copyright © blognya oyek - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -